BEP, SMV, CM, dan Perhitungan Target Produksi
BEP, SMV, CM, dan Perhitungan Target Produksi
“Life is study, if you don’t study you look like not life”
BEP, SMV, CM, dan Perhitungan Target Produksi adalah item penting dalam produksi, termasuk juga dalam industri garment. Kinerja sebuah produksi amat berperan dalam kelangsungan hidup sebuah pabrik. Semakin produktifnya operator semakin banyak laba yang akan didapat oleh sebuah pabrik.
Pihak Management akan berfikir dengan cermat bagaimana caranya untuk selalu menjaga tingkat produktifitas operator atau bahkan menaikkannya. Untuk mengontrol dan mengevaluasi kinerja operator adalah dengan melihat performance dari operator tersebut. Bagaimana cara mengukur performance dari operator tersebut ? Dalam artikel kali ini akan dijelaskan mengenai hal tersebut.
Dalam mengevaluasi kinerja operator, pihak management umumnya melihat performance dari operator melalui Daily Performance Measurement atau pengukuran kinerja harian. Dalam sebuah pabrik garmen, terdapat beberapa line tergantung besarnya kapasitas pabrik dan orderan dari Buyer.
Semakin sedikit line dalam sebuah pabrik, pihak management akan lebih mudah dalam mengontrolnya akan tetapi tingkat keuntungan berbanding lurus dengan orderan yang bisa dikerjakan, sementara jika terdapat banyak line maka kontrol akan kinerja operator akan semakin lebih rumit dikarenakan banyak faktor akan tetapi tingkat keuntungan akan berbanding lurus jika dapat memaksimalkan kinerja operatornya.
Dalam masing masing line tentunya akan dinilai dan diperbandingkan hasil kinerjanya terlebih jika mengerjakan style yang sama. Dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah supervisor masing masing line beserta chiefnya. Semakin baik supervisor dan chief dalam memanage teamnya, akan semakin cepat dan efektif dalam memperoleh target yang ditentukan. Target yang ditentukan juga mempengaruhi berapa jam kerja masing masing line.
Perbandingan kinerja antar line bisa dilihat dari SMV (Standard Minutes Values). Apakah SMV itu ? dan apa kaitannya dengan produktifitas kerja? Penulis akan memberikan gambaran mengenai hal ini. SMV merupakan bagian dari perhitungan standar waktu kerja pada proses produksi, dimana waktu standard tersebut dihitung pada saat observasi time study.
SMV merupakan singkatan dari Standard Minutes Values atau nilai standard permenit dari setiap proses yang terjadi selama pengerjaan. Sehingga apabila sebuah pekerjaan sudah memiliki SMV, maka bisa dikatakan sudah ada standar waktu yang dijinkan dan diinginkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu secara tuntas atau sempurna sesuai dengan ketentuan. Dalam hal ini SMV menggunakan waktu menit.
Adapun penjelasan mengenai rumus SMV (Standard Minutes Values) dapat dijelaskan sebagai berikut:
SMV = Basic Time + Allowances
Basic Time adalah waktu dasar yang bisa dicari melalui penerapan konsep rating terhadap waktu kerja yang diobservasi dengan sebuah standar dalam tempat kerja. Perhitungan Basic Time sebagai berikut:
BT = ( Observed Time * Observed Rating) / 100
Allowance sendiri merupakan waktu persentase yang dijinkan karena adanya hal hal yang diluar pekerjaan tapi dibutuhkan. Seperti relaksasi, istirahat sejenak, mesin harus start-up dan lainnya. Besarannya tergantung banyak faktor, mulai dari faktor manusia, faktor mesin, faktor lingkungan. Allowance disini berarti toleransi yang diberikan, sehingga secara umum perhitungan SMV akan menjadi:
SMV = Basic Time + Total Allowance
Untuk menentukan SMV perlu mengetahui keseluruhan waktu yang digunakan untuk membuat 1 pcs garmen. Untuk sector garmen yang masih menggunakan teknologi manual akan mengandalkan Stopwact untuk menghitung waktu dalam penyelesaian tersebut, akan tetapi sekarang sudah berkembang dengan menggunakan video untuk mengambil proses, karena selain lebih praktis, nantinya bisa kita gunakan sebagai bahan training.
Dalam 1 cycle time dihitung mulai saat mengambil bahan sampai menyerahkan bahan, jadi saat proses pengambilan video, kita harus mengambil angle atau posisi yang bagus, supaya bisa melihat saat operator mengambil dan menyerahkan hasil jahitan. Sebaiknya di ambil dari sebelah kanan belakang (menyerong 45 derajat) untuk proses menjahit, dan sebelah kiri belakang untuk proses mesin obras. Namun tidak ada peraturan wajib untuk hal ini.
Apabila kita sudah mengetahui SMV, maka kita harus menghitung berapa Daily output (hasil per hari) untuk setiap proses, dengan menggunakan rumus seperti tabel di bawah:
Baca juga: Pengertian CMPH, CMH, CM, FOB, H/C, dan D/C
Rumus tabel di atas menjelaskan berapakah daily output yang dapat dihasilkan oleh operator sewing dalam sehari. Di bawah adalah contoh proses yang umumnya dihitung dalam menentukan SMV.
Sebelum melangkah lebih lanjut, di sini penulis akan menjelaskan juga cara menghitung target untuk style yang nantinya akan dikerjakan. Perhitungan target antar style tentunya akan berbeda sesuai dengan tingkat kesulitan dari proses yang dikerjakan. Semakin mudah proses dalam menyelesaikan 1 pcs garmen, maka akan semakin kecil CM nya dan target pun akan semakin tinggi. Begitu sebaliknya. Dalam kesempatan kali ini penulis tidak akan membahas mengenai CM, untuk mereview kembali silahkan dibaca kembali artikel sebelumnya.
Sebelum memulai cara menghitung target, ada hal yang harus diketahui terlebih dahulu seperti besarnya BEP, berapa CM per style, dan jam kerja dari operator sewing. Setelah mengetahui hal tersebut barulah kita bisa menghitung target yang harus dipenuhi masing masing style nya. Adapun rumus menghitung target yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:
Target = BEP / CM / Jam Kerja
Penulis akan memberikan penjelasan mengenai BEP. Apa sih BEP itu ? Break Even Point (BEP) merupakan suatu titik atau keadaan ketika perusahaan dalam operasinya tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain pada analisis titik impas ini keadaan keuntungan dan kerugian sama dengan nol. Hal ini terjadi karena perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel.
Analisis titik impas merupakan sarana untuk menentukan kapasitas produksi yang harus dicapai oleh suatu operasi agar mendapatkan keuntungan. Analisis titik impas dapat memberikan informasi kepada pelaku usaha bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, biaya dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Hasil analsis titik impas ini dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan keputusan tentang:
– Kapasitas mesin yang harus disediakan,
– Jumlah tenaga kerja yang harus disediakan,
– Perubahan struktur biaya terhadap kuantitas produksi kyang menguntungkan.
Penerapan analisis titik impas pada permasalahan produksi biasanya digunakan untuk menentukan tingkat produksi yang bisa mengakibatkan perusahaan berada pada kondisi impas. Dalam mencari titik impas maka harus dicari fungsi biaya ataupun pendapatannya, yaitu ketika total biaya sama dengan total pendapatan. Adapun komponen biaya yang mempengaruhi analisis titik impas adalah:
– biaya tetap (fixed cost),
– biaya variabel (variable cost), dan
– biaya total (total cost).
Setelah mengetahui apa dan pengaruh dari SMV, gambaran mengenai apa dan faktor yang bisa mempengaruhi BEP, selanjutnya penulis akan memberikan gambaran bagaimana cara menentukan target per style. Hal yang perlu kita ketahui sebelum menentukan target produksi per style adalah sebagai berikut:
- BEP
BEP (Break Even Point) mengapa menjadi faktor penting dalam hal ini ? karena BEP ini merupakan titik atau keadaan ketika perusahaan dalam operasinya tidak mendapatkan keuntungan dan tidak menderita kerugian, atau bisa disebut impas. Artinya suatu perusahaan harus menghitung dan mempertimbangkan semua biaya dan pemasukan nantinya untuk titik impasnya. Untuk actual perhitungan BEP akan dibahas pada artikel selanjutnya. Adapun besarnya BEP sudah ditentukan oleh Manajemen, kecuali perusahaan dengan skala kecil.
- CM
Penjelasan tentang CM (Cutting Making) telah dibahas pada artikel sebelumnya, besarnya CM harus diketahui sebelum menentukan besarnya target operator sewing. Karena untung ruginya proses sewing tergantung dari besarnya CM dan target yang diperoleh. Besarnya CM sudah ditentukan oleh Kantor Pusat atau Tim Sales Marketing, kecuali perusahaan dengan skala kecil.
- Jam Kerja
Semakin lama jam kerja yang dihabiskan dalam sehari, semakin besar pula biaya yang dikeluarkan. Sebuah pabrik sangat selektif dalam menentukan jam kerja. Apabila target tidak terlampaui dan perusahaan memberikan jam lembur secara terus menerus maka pabrik bisa menanggung kerugian, karena biaya lembur akan semakin naik setiap jam nya.
Baca juga: Cara Menghitung Produktivitas Industri Garmen per Line
Setelah data terkumpul semua, barulah kita bisa menentukan target sewing bagi operator. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Target = BEP / CM / Jam Kerja
Berikut contoh soal dalam menentukan target sewing. Dalam sebuah factory di PT Beautiful terdapat beberapa line dengan berbagai macam jenis Buyer. Kebetulan di Bulan September hanya ada satu Buyer yang memberikan order yaitu Buyer ABC dengan style number 1234. Manajemen PT Beautiful menentukan besarnya BEP untuk produksinya sebesar 1,600. Sementara Sales Marketing memberikan CM sebesar 2.10 untuk style 1234 karena prosesnya banyak dan cukup sulit. Rata-rata jam kerja di PT Beautiful adalah 9 jam. Tentukan besarnya target sehari untuk style 1234.
Bermodalkan data di atas kita bisa menghitung besarnya target menggunakan rumus di atas.
~ Besarnya BEP adalah 1,600
~ CM untuk style 1234 adalah 2.10
~ Jam kerja yang disetujui adalah 9 jam
Dengan menggunakan rumus di atas maka di dapat perhitungan seperti di bawah:
Target = BEP / CM / Jam Kerja
= 1,600 / 2.10 / 9
= 84.6
Jadi, target yang bisa ditetapkan dalam sehari untuk style 1234 di PT Beautiful adalah 84.6 pcs atau biasanya akan dibulatkan menjadi 85 pcs.
Demikianlah mengenai cara menghitung target produksi dalam sebuah pabrik yang bisa penulis jelaskan, tentunya tulisan ini masih banyak kekurangannya. Mohon terus support untuk kemajuan bersama dan tetap saling berbagi wawasan. Terima kasih dan terus kunjungi blog ini untuk update artikel selanjutnya ^^.
Supported by Garment Merchandising
23 Desember 2018 @ 7:03 am
ada contoh soal yang di terpkan atau tidak ya?
24 Desember 2018 @ 3:37 pm
Dear Pak dhidit,
terima kasih sudah bertanya, kalau boleh tahu pertanyaan yang seputar materi apa ?
29 Oktober 2019 @ 1:21 pm
Dear Penulis,
Tolong jelaskan lebih detail mengenai perbedaan cmph,cmh, dan cm!
terimakasih
13 November 2019 @ 10:20 am
Terima kasih Vandini atas responnya, saya akan membahas lebih detail dalam artikel selanjutnya, tetap di sini ya ^^